Wednesday, May 1

Sebuah Laci Dalam Imajinasi




Ini adalah suapan brownis ku yang terakhir, kemudian aku raih kuping cangkir di depanku dan aku teguk black coffee kesukaanku di dalamnya. Entah apa yang aku fikirkan, ketika keduanya bertemu di dalam mulutku, otak ku seperti menciptakan imajinasi yang baru, yang membawa jiwaku ke suatu tempat yang mengasyikan. Tempat yang aku beri nama kesendirian.

Tapi kali ini aku tidak akan menceritakan bagaimana imajinasiku yang aneh dalam kesendirian itu, ini bukan tentang imajinasiku, ini tentang wanita yang duduk di depan ku. Selama bertahun-tahun aku ke coffee shop ini, baru kali ini aku melihat sosok cantik ini. Rambutnya sebahu, dengan poni tipis menutupi dahinya. Pakaiannya rapih dan sangat tertata, siapapun yang melihatnya mustahil tidak jatuh cinta, paling tidak itu yang kini aku rasa..

Satu persatu pertanyaan datang dan mengetuk kepalaku, tapi aku hanya membuka pintu dan  menyambut mereka dengan senyum, aku sangat sadar aku lelaki normal tapi aku tidak akan segila lelaki agresif di luar sana yang dengan mudah menyapa siapapun wanita yang mereka suka. Aku hanya ingin menikmatinya sendiri saja, dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih bergulat di kepalaku, sekali lagi aku yakinkan diriku aku hanya ingin menikmati pemandangan cantik ini sendiri saja, di sini, di meja nomer.. sebentar aku check dulu nomer meja ini... oke aku duduk di meja nomer 12. 


30 Menit berlalu, aku masih sendiri di meja nomer 12, tidak begitu sendiri paling tidak ada secangkir black coffee-ku dan notebook bu yang ku biarkan terbuka. Aku melihatnya sesekali, ya masih wanita cantik ini, terlalu naif jika dikatakan sesekali , yeah ku akui mungkin hampir pandanganku tidak bisa berpaling dari wajah cantiknya. Kalau dia tahu bagaimana pesonanya mencuri pandanganku, demi Tuhan aku akan mengutuk diriku selama-lamanya, entah bagaimana rupanya mimik wajahku jika si cantik ini memergoki ku melihatnya dengan wajahku yang penuh sukacita, sejuta rasa cinta seorang manusia.


***

Kemudian, aku ambil notebook ku, dan aku mulai tumpahkan semua yang ada di kepalaku dalam tulisan ini, 10 menit aku asyik mengetik kulihat tiada lagi si cantik berambut sebahu dengan poni tipis menutup dahinya di depan mejaku di coffee shop ini..
Aku menghela nafas..
Kini, aku kehilangannya..

Lalu aku tersenyum..
Tapi kurasa tidak, Aku tidak kehilangannya sama sekali..
Tidak di dalam kepalaku, dia masih duduk  manis di salah satu ruang laci memori dalam ingatanku..
Aku teguk coffee black ku yang tersisa ini, aku berdiri, dan aku pergi..

-selesai-


2 comments:

  1. Kok jadi cowo, yg pake poni dan cantik itu kan kamu dir.. hehe, great..

    ReplyDelete
  2. Love your blog, Visit blog gue juga yaa :) Bernhartfarras.com

    ReplyDelete