Sunday, March 13

KHILAF




Ada banyak cerita yang tidak pernah cukup disampaikan hanya dengan untaian kata

Ada banyak bahagia yang tidak akan bisa di artikan oleh senyum dan tawa

Ada banyak duka yang tidak bisa dijelaskan oleh berapa banyak butiran air mata

Ada banyak doa yang terpanjatkan

Ada banyak harapan

Ada banyak kecewa

Ada banyak dosa...........

Ada banyak....

Banyak.......

Banyak.......

Banyak....... ampunan-NYA, kasih-NYA, pemberian-NYA, rahmat-NYA yang lebih tidak terhitung dari semua yang dapat dihitung, kecuali dengan hitungan-NYA.......



Wednesday, May 1

Sebuah Laci Dalam Imajinasi




Ini adalah suapan brownis ku yang terakhir, kemudian aku raih kuping cangkir di depanku dan aku teguk black coffee kesukaanku di dalamnya. Entah apa yang aku fikirkan, ketika keduanya bertemu di dalam mulutku, otak ku seperti menciptakan imajinasi yang baru, yang membawa jiwaku ke suatu tempat yang mengasyikan. Tempat yang aku beri nama kesendirian.

Tapi kali ini aku tidak akan menceritakan bagaimana imajinasiku yang aneh dalam kesendirian itu, ini bukan tentang imajinasiku, ini tentang wanita yang duduk di depan ku. Selama bertahun-tahun aku ke coffee shop ini, baru kali ini aku melihat sosok cantik ini. Rambutnya sebahu, dengan poni tipis menutupi dahinya. Pakaiannya rapih dan sangat tertata, siapapun yang melihatnya mustahil tidak jatuh cinta, paling tidak itu yang kini aku rasa..

Satu persatu pertanyaan datang dan mengetuk kepalaku, tapi aku hanya membuka pintu dan  menyambut mereka dengan senyum, aku sangat sadar aku lelaki normal tapi aku tidak akan segila lelaki agresif di luar sana yang dengan mudah menyapa siapapun wanita yang mereka suka. Aku hanya ingin menikmatinya sendiri saja, dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih bergulat di kepalaku, sekali lagi aku yakinkan diriku aku hanya ingin menikmati pemandangan cantik ini sendiri saja, di sini, di meja nomer.. sebentar aku check dulu nomer meja ini... oke aku duduk di meja nomer 12. 


30 Menit berlalu, aku masih sendiri di meja nomer 12, tidak begitu sendiri paling tidak ada secangkir black coffee-ku dan notebook bu yang ku biarkan terbuka. Aku melihatnya sesekali, ya masih wanita cantik ini, terlalu naif jika dikatakan sesekali , yeah ku akui mungkin hampir pandanganku tidak bisa berpaling dari wajah cantiknya. Kalau dia tahu bagaimana pesonanya mencuri pandanganku, demi Tuhan aku akan mengutuk diriku selama-lamanya, entah bagaimana rupanya mimik wajahku jika si cantik ini memergoki ku melihatnya dengan wajahku yang penuh sukacita, sejuta rasa cinta seorang manusia.


***

Kemudian, aku ambil notebook ku, dan aku mulai tumpahkan semua yang ada di kepalaku dalam tulisan ini, 10 menit aku asyik mengetik kulihat tiada lagi si cantik berambut sebahu dengan poni tipis menutup dahinya di depan mejaku di coffee shop ini..
Aku menghela nafas..
Kini, aku kehilangannya..

Lalu aku tersenyum..
Tapi kurasa tidak, Aku tidak kehilangannya sama sekali..
Tidak di dalam kepalaku, dia masih duduk  manis di salah satu ruang laci memori dalam ingatanku..
Aku teguk coffee black ku yang tersisa ini, aku berdiri, dan aku pergi..

-selesai-


Saturday, May 12

Kami

Umurku kini 17 tahun, mereka bilang aku ini sudah cukup umur untuk dikatakan dewasa. Dewasa atau tidak, aku tidak peduli, bagiku tidak ada bedanya ketika aku masih kecil atau dewasa, aku rasa ketika aku tua pun aku tidak terpengaruh berapa angka digit umurku. Tahukah kalian? Percaya atau tidak, aku tidak pernah merasa sedih selama hidupku, aku tidak pernah merasa sakit, dan apalah itu mereka menyebutnya "kecewa"? Aku sering dengar tapi tidak tahu apa arti sebenarnya. Aku sepertinya hidup tidak untuk belajar dan diajarkan bagaimana rasanya sakit, tidak tahu bagaimana caranya berdiri setelah dijatuhkan, apa artinya penyesalan dan harus bangkit setelahnya, dan bagaimana caranya melanjutkan hidup setelah merasa hancur. Senang tidak senang, aku ini ya seperti ini.

Pada hakikatnya, semua makhluk akan mati. Aku sadar aku juga akan mati, tapi kapan aku mati itu adalah persoalan waktu. Aku hanya tinggal menunggu waktunya tiba. Tapi aku senang sekali, dalam hidupku aku tidak pernah merasa gelisah, gundah, sedih, bahkan karena terlalu kaya kebahagiaan, kekayaanku ini aku berikan untuk orang lain, untuk mereka agar mereka bahagia, dan terus tersenyum menjalani hidup. Yeah.. paling tidak aku merasa demikian.

Dua minggu yang lalu aku berkenalan dengan temanku, dia juga sangat bersemangat, lebih muda dariku 5 tahun tapi semangatnya 2 kali lipat dari umurnya, malangnya kemarin aku dengar dia mati, tepat ketika ada seorang bernama Rani (kalau tidak salah), merayakan pesta pernikahannya. Kasihan, konon katanya dia lahir ketika seseorang bernama Jaka jatuh cinta kepada Rani, yang aku dengar Jaka sangat mencintai Rani sampai ia ingin menikahi Rani menjadi istrinya. 12 tahun Jaka menyimpan cintanya tanpa berbuat apa-apa, (atau entahlah apa yang sudah Jaka lakukan untuk Rani), hingga akhirnya Rani kemarin melangsungkan pesta pernikahannya dengan Hari, suaminya.
Bukan dengan Jaka, yang menyimpan cintanya selama 12 tahun.

Ya.. namaku Harapan,,
Kami terlahir memang untuk menyemangati orang lain agar tetap hidup.
Selama hidup, kami tidak pernah merasa sakit, apalagi kecewa.
Karena ketika kecewa, berarti kami mati.
Ketika kami mati, terlahirlah kami-kami yang baru sampai seseorang menghancurkan kami dengan kecewa kemudian kami mati, dan yang kemudian terlahir lagi kami-kami yang baru, begitu seterusnya.
Bagaimanapun kehidupan kami, kami terlahir dari orang-orang yang bahagia.
Orang-orang yang mencintai hidupnya.
Kadang kami berfikir..
Ada berapa banyaknya kami (Harapan) yang dilahirkan hanya untuk orang lain hancurkan..

Saturday, May 5

Konsekuensi dan Konsentrasi

hai, selamat siang..
hari ini gue memutuskan untuk membuat satu label baru di blog gue ini (it's me dira) yang isinya tentang curahan hati (ya mungkin semua cerita  di blog ini curahan hati juga sih) tapi kali ini isinya beda, gak lagi-lagi masalah cinta, atau kebanyakan cerita 'ngayal', lebih tepatnya ini cerita sedikit tentang ehm.. gue sehari-hari *nyengir*.

Di cerita pribadi pertama gue ini, gue mau cerita sedikit tentang konsekuensi.
Konsekuensi.. lihat mata saya.. kemudian tertidurlah...
oh bukan, bukan.. itu konsentrasi, plis maaf banget ini jayus abis -___-
Tapi menurut gue, Konsekuensi itu perlu. Konsentrasi itu dibutuhkan dalam hal memenuhi konsekuensi kita yang dimana konsentrasi adalah... *pusing*.
Guys, maksudnya gini.. simpelnya kalo elo udah ada janji, lo harus menepati janji lo, dan untuk menepati janji lo itu, lo butuh konsentrasi. Asli konsentrasi penting banget untuk menuhin janji lo. Kemudian apa hubungannya konsentrasi ini sama gue?..
Gue juga gak tahu..*gubrak*

Enggak deh, gue mau cerita, hari ini gue lagi butuh konsentrasi luar biasa untuk nyiapin bahan akuntansi 2 untuk presentasi nanti sore. Cerita sedikit, gue hobi banget tampil *ehm*, gue pengen banget tampil di depan orang-orang dan satu ruangan tepuk tangan setelah gue melakukan sesuatu hal di hadapan mereka. Gue mikir gue bakal nyanyi, tapi gue mikir lagi, alam bawah sadar gue tiba-tiba mengingatkan, gimana gue mau nyanyi di depan orang banyak, setiap gue karaokean sama temen-temen aja, pas giliran gue nyanyi, bukannya mereka duduk asik malah pada pamit pulang duluan sambil ngesot dan tutup kuping dan teriak-teriak "Tolong akuuu...!!!". Ok gue putusin dari sejak saat itu gue mengundurkan diri dari mimpi gue sebagai Diva Indonesia.

Kembali ke cerita gue, dari semenjak kuliah gue sempet jadi Assdos, Aku Sangat Sangat Dongo Sekali, bukan. Walopun gue suka dikatain BIONGO (Kasta tertinggi dari dongo alias dongo akut sangat parah sekali pisan) sama temen-temen kuliah gue dulu gara-gara suka niruin gaya vokalisnya limp bizkit lagi joget yang hasilnya lebih mirip sama gajah ngondek dan sekaligus niruin gayanya mpok nori lagi marah sampe urat lehernya keliatan pake logat betawi nya. Guys, menurut gue gak ada yang salah sama mpok nori, dia cool banget, asli gue ngeFans banget sama dia dan pasangan malih-bolot. Oke balik lagi, jadi gini gue sempet jadi Assdos, Assisten Dosen. Gimana bisa gue jadi assdos waktu itu, gue pun gak ngerti, hanya Tuhan dan rumput yang bergoyang yang tahu jawabnya, intinya setelah gue jadi assdos dan terbiasa presentasi di depan kelas, gue mulai jatuh cinta sama pekerjaan ini dan merasa ini adalah passion gue, dan setelah lulus kuliah, lulus juga gue jadi assdos alias pensiun.

Sekarang gue udah kerja di pemerintahan dan gue iseng (lebih tepatnya nekat) daftar jadi staf pengajar di salah satu Sekolah Tinggi. Dengan berbekal seada-adanya, singkat cerita gue diterima di Sekolah Tinggi tsb sebagai dosen tidak tetap (mengingat gue masih S1), dan dengan catatan dari yayasan Sekolah Tinggi tsb gue harus menyegerakan menempuh S2 dalam waktu dekat.

Gue ngajar after work, biasanya sore atau malam setelah gue pulang kerja. Yang beda dari jadwal -jadwal gue ngajar sebelumnya ini adalah waktu pemilihan jadwal kemarin entah setan apa yang merasuki jiwa dan raga gue waktu itu, gue ditawarin jadwal ngajar kelas eksekutif yaitu hari Sabtu sore. Dan ironisnya gue meng-Iyakan. Hari ini hari Sabtu, hari dimana gue harus ngajar sorenya, dan prepare bahan ngajar di siangnya. Kelihatannya simpel, tapi gak simpel ketika elo harus melakukannya di hari SABTU yang harusnya elo lagi menikmati libur weekend lo dengan bangun jam 12 siang dan mandi lulur rempah susu dicampur 7 kembang dan nonton film terbaru di XXI sama pacar malemnya. *nangis*

Guys, intinya gue harus konsentrasi untuk memenuhi konsekuensi terhadap janji gue ini, dan gue menyebutnya tanggung jawab. Banyak orang (termasuk gue) yang mungkin sangat gampang mengucapkan janji, tapi tidak bisa konsentrasi untuk memenuhi nya. Konsentrasi itu sulit kalau diri kita dikuasai oleh setan. Kemudian setan menjawab : "Kenapa gue yang disalahin?". Iya, kata orang tua dulu malas itu temannya setan, menurut gue kalau kita gak sanggup konsentrasi berarti kita malas, dan malas temannya setan. Kemudian setan menjawab : "Oke gue setuju!". Kemudian kita toss.

Ini adalah bagian kecil dari pentingnya konsentrasi dalam hal memenuhi konsekuensi kita terhadap janji. Konon katanya sebelum ruh kita ditiupkan ke dalam jasad kita yang ada di kandungan ibu, kita pernah berjanji kepada Yang Maha Pencipta, ketika kita dilahirkan kita akan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan ternyata tidak mudah konsentrasi di dunia ini, entah kilauan dunia yang membuat kita silau dan akhirnya malas ber-konsentrasi. Atau memang kita lupa bahwa hidup ini adalah tempat yang sangat sementara, tempat kita berkonsentrasi untuk mengumpulkan bekal di dunia kekal nanti.

Saturday, March 17

Apa Kabar, Sayang?



Untuk Bintang, Tersayang..
Sayang, apa kabar? 
Aku disini tidak baik, aku lelah mengusir rindu yang selalu datang kapanpun mereka mau.
Aku lupa dimana aku simpan nama mu di dalam jasad ku, hingga setiap ruh ku kembali kepangkuan jasadku tiap pagi, kembali namamu menyerengai otakku dan mengalir ke seluruh tubuhku melalui aliran darahku. Tidak berhenti disitu. Ketika malam datang aku benci harus melihat wajahmu di dinding-dinding kamarku dulu sebelum ruh ku sempat Tuhan genggam semalam suntuk dan mengembalikannya lagi ke jasadku keesokan paginya. 

Bintang Sayang, 
Apa kabar?
Bisakah datang sebentar, sebentar saja untuk membunuh rindu yang sedang menggerogoti jiwaku.

Tertanda,
Nani

***

Untuk Nani, Perempuanku..
Sayang, maafkan aku yang tidak bersama mu saat ini. Tapi Tuhan mendengarkan doaku. Maafkan aku. Aku yang meminta-NYA untuk selalu menjagamu dan selalu menaruh namaku di hatimu. Apalagi yang bisa aku lakukan selain meminta-NYA. Biarlah hanya DIA Maha Pendengar curahan hatiku, rinduku, sakitku.

Perempuanku,
Tidakkah kau melihat Bulan tersenyum melihatmu di kala malam? Mengerti kah kau apa maksud sinar bulan yang kau lihat ketika malam? Sinarnya mencoba memberitahumu, bahwa bukan hanya kamu yang sedang melihatnya, tapi juga aku. Ya, aku sedang melihat bulan dengan sepenuh hatiku yang rindu dan berharap sang rembulan akan menyampaikan hal itu kepadamu. Sayang, mengertikah? 

Perempuanku, 
Aku ingat sekali genggaman tanganmu yang kuat melepas kepergianku waktu itu, aku harap hatimu juga sama kuat dengan genggamanmu, Sayang.Aku berjanji demi Tuhan Yang Menyatukan aku dan kamu, suatu saat kau akan menggengamku lagi sekuat itu, saat kita berjalan di merahnya altar perkawinan kita nanti...

Yang selalu di hatimu,
Bintang
***


"Ini untukmu.." kataku.
"Buku apa ini?.." tanya Bintang.
"Kamu baca saja, isi nya sih biasa yang membuatnya istimewa itu isi ceritanya, tentang kamu.." Aku tersenyum.

Itu adalah 10 tahun yang lalu dibelakang halaman sekolahku. Aku masih duduk di bangku SMA, tingkat satu waktu itu dan Bintang senior 2 tingkat diatasku. Kami sepasang kekasih yang sempat terpisah jarak dan waktu selama hampir 9 tahun. Bintang harus meneruskan sekolahnya di belahan dunia lain. Dan aku setia menunggunya di bumi ibu pertiwi. 
***

"Mama.. ini foto siapa..?
"Ini mama dan papa sebelum kamu lahir, Nak.."
"Lelaki yang sendiri ini siapa?" kata anakku mengambil foto lainnya.
" Itu dia teman mama. almarhum teman dekat mama dulu, sayang. Orangnya baik sekali, pintar, cerdas, namanya... Bintang."

Aku meraih foto dari tangan anakku, aku menatapnya sejenak. 
"Bintang, apa kabar sayang?
 terima kasih telah mengajariku apa artinya cinta yang sebenarnya. Titip salamku untuk Tuhan yang selama ini menjadi tempat curahan hatimu tentang ku".

--Selesai--