Bagaimana tidak, kalau dulu kamu yang selalu ada buat aku, dan sengaja menaruh candu. Lagi-lagi atas nama masa depan. Aku harus mengorbankan semua yang aku cintai dan berjuang banting tulang untuk mengumpulkan energi berulang-ulang agar bisa melempar kamu jauh-jauh dan setelah itu berjuang lagi untuk membangun dinding penghalang tinggi-tinggi karena cemas akan gaya gravitasi otakku yang suatu waktu menarik kamu lagi suatu waktu.
Hari ini sudah hampir masuk bulan ke-5. Bahagia. Usaha berjalan sempurna, sampai-sampai aku curiga mungkin ada sistem lain yang tumbuh di otakku yang mengambil alih perintah sampai rasanya semudah itu aku meninggalkan kamu jauh dibelakang.
Dalam hitungannya seharusnya hari ini masih hari pertama memasuki bulan ke-5..
.aku.tanpa.kamu.
Malamnya aku pergi dengan salah satu kerabat lama. Seperti biasa melakukan hal-hal yang sama, membicarakan kisah lama dan mengingat memori lama. "ooh iyaaa, lupa kan gue.. hari ini rencananya gue mau traktir, kedemenan elo banget nih tempatnye.." kata teman lamaku di tengah perjalan kami malam itu. Kami menambah kecepatan langkah kami dari sebelumnya.
Temanku memimpin di depan dan aku mengikuti dari belakang dengan langkah yang tidak kalah semangat dan diam-diam mencoba menebak-nebak, tempat seperti apa yang menurut temanku ini aku pasti suka, seyakin itu mukanya. Kemudian tidak jauh dari jarak 5 meter, aku melihat di depan kami ada kedai kecil dengan kanopi hijau tua beraksen klasik, sekilas rasanya seperti tidak asing, sekali lagi tidak asing.
Otakku mulai bekerja sangat keras untuk mengingat tempat itu sebelum temanku menyebutkannya, tapi sia-sia. Disaat bersamaan jantungku bertingkah seperti makhluk asing yang tidak pernah aku kenal, aku kesal, karena sebenarnya dari tadi aku dan otakku bekerjasama mengirimkan sinyal ke jantung "Woyyy tung, santai dong...!!!!" tapi tidak juga direspon. Seperti tuli atau entah tidak peduli. Alhasil jantungku semakin sesuka hati berdetak semaunya.
Kemudian kami masuk. Jantungku makin bertingkah, kali ini rasanya hampir-hampir dia seperti memberontak ingin keluar dari dadaku dan berlari kesana-kemari. Seketika mataku kosong, sangat-sangat bisa dipastikan wajahku saat itu adalah wajah dengan mimik seorang perempuan yang tidak pernah diharapkan oleh seorang photografer yang sedang ambisi dengan proyek terbarunya untuk cover majalah wanita dewasa.
Seketika aku lemas dan pasrah.. "Taraaaa... eh kok bengong lo? ini kedai kopi tempat kita nongkrong dulu tiap hari cuuuy, sekarang bangunannya sedikit direnovasi, terus pindah 2 gang dari tempat yang dulu.. ni hari gue yang traktir dah, dulu pan ampe 8 kali sehari lo ngopi, sekarang 10 kali gue yang bayarrrrr...hahaha"
Hening..
.KOPI.
Nama itu kembali merangsang otakku.Yasudahlah..
Paling tidak (sempat) berhasil (walau hanya dalam) 4 Bulan.
**************************
No comments:
Post a Comment